Lanjutan postingan sebelumnya. Balasan dari dia di seberang sana.
Remaja Malam
Malam yang kelam. Aku diam terpaku menjadi saksi bisu aksi anarkis mereka yang lengah.
Diamku seakan menjadi psikolog yang tiada henti memikirkan mereka yang terlunta-lunta, terbawa ombak liar. Terseret hembusan angin malam yang mengamuk, mengajak mereka hancur.
Sesalku sealu terlintas saat kupejamkan mata ini, seakan tidurku menjadi sebuah PR yang entah bagaimana menyelesaikannya.
Rumit, tanpa rumus.
Lewat sebaris perkataan yang terbesit dalam hati, mencoba untuk kurangkai.
Sungguh aku tak bisa diam membisu. Menggenggam kesesalan, kemalangan terhadap mereka yang pergi jauh.
Jauh ke puri kahyangan.
-by: Mega Permatasari